orang yang melakukan pertunjukan palang pintu adalah
Tampakdalam video yang diunggah oleh akun Instagram @awreceh.id, memperlihatkan banyak pengendara yang ada di belakang palang pintu. Mereka menunggu kereta yang lewat, agar palang pintu terbuka kembali dan mereka bisa melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, saat mereka menunggu tiba-tiba saja ada kereta api yang lewat di belakang mereka. Kereta
Padaprosesi palang pintu ini sang penjaga pintu menjadi orang yang berperan selama prosesi ini dimulai. Prosesi Palang Pintu Pernikahan adat Betawi dilakukan bukan tanpa makna, akan tetapi memiliki tujuan sebagai cara untuk kedua keluarga dapat saling mengenal satu sama lain. Prosesi Palang Pintu dilakukan sebelum akad nikah dimulai, yaitu
ItulahPenejelasan dari Pertanyaan Orang yang melakukan pertunjukkan palang pintu adalah? Kemudian, kami sangat menyarankan anda untuk membaca juga soal Burung kolibri mempunyai paruh yang panjang dan runcing yang berfungsi untuk? lengkap dengan kunci jawaban dan penjelasannya. Apabila masih ada pertanyaan lain kalian juga bisa langsung ajukan lewat kotak komentar dibawah -
DownloadCitation | STRUKTUR TEKS, KONTEKS PERTUNJUKAN, DAN AJARAN ISLAM PADA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN ADAT BETAWI | Abstrak. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan struktur teks
Palangpintu mempunyai arti sebagai tradisi untuk membuka penghalang yang diwakili seseorang atau lebih agar dapat masuk ke suatu daerah. Tradisi ini biasanya di pakai pada acara perkawinan atau acara umum (menyambut tamu khusus pada acara tersebut). Saat ini, banyak di antara generasi muda yang melupakan kebudayaan Betawi.
Wo Kann Ich Ältere Männer Kennenlernen. - Tradisi Palang Pintu merupakan bagian dari prosesi adat pernikahan masyarakat Betawi. Palang Pintu adalah tradisi unik dari Betawi yang berisi laga pencak silat, adu pantun, hingga pembacaan Al Quran dan salawat sebagai simbol ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki untuk membuka pintu restu dari keluarga perempuan, melalui peristiwa jawara dari mempelai laki-laki harus bisa mengalahkan jawara dari tempat tinggal perempuan. Bagi masyarakat Betawi, tradisi ini melambangkan besarnya perlindungan orang tua terhadap putrinya sebelum bagi pihak laki-laki, Palang Pintu dapat menunjukkan kesungguhannya yang akan membangun rumah tangga bersama perempuan pilihannya. Baca juga Perang Obor, Tradisi Tolak Bala Masyarakat Jepara Arti dan tujuan Tradisi Palang Pintu Tradisi Palang Pintu pada masyarakat Betawi muncul dari kebiasaan orang Betawi di mana bila ada laki-laki yang hendak meminang perempuan, maka diwajibkan melumpuhkan jagoan di kampung calon istrinya atau saudara-saudaranya. Tradisi Palang Pintu memiliki arti sebagai simbol ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki untuk membuka pintu restu dari keluarga perempuan. Cara membuka pintu restu itu adalah dengan menunjukkan kemampuan silat hingga membaca Al Quran. Dalam bahasa Betawi, palang berarti penghalang yang membuat orang tidak bisa lewat. Jadi, arti Palang Pintu adalah tradisi untuk membuka penghalang saat memasuki daerah tertentu yang dikuasai jawara. Palang Pintu bertujuan untuk menguji kesungguhan pengantin pria yang akan membangun rumah tangga dengan mempelai perempuan. Selain membuka pintu pernikahan, tujuan dari Palang Pintu adalah untuk menunjukkan ketaatan atas norma adat yang berlaku di masyarakat Betawi. Baca juga Si Pitung, Pahlawan Legendaris dari Betawi Prosesi Palang Pintu Tradisi Palang Pintu dilakukan saat pihak pengantin pria hendak memasuki rumah mempelai iring-iringan pihak pria masuk, mereka akan dihadang oleh perwakilan dari pihak perempuan. Dari kedua belah pihak, ada tukang pantun dan jagoan silat yang mewakili di depan calon pengantin. Pada awalnya akan terjadi dialog pembukaan dan saling berbalas pantun. Secara perlahan, intonasi para pelempar pantun akan naik dan membuat situasi seakan memanas. Meski bergaya seperti hendak berkelahi, pantun yang terlontar sering kali merupakan rangkaian kata yang penuh lelucon dan mengundang tawa. Setelah itu, jagoan silat dari pihak perempuan akan menguji kesaktian dan kemampuan dari pihak laki-laki. Baca juga Kyai Mursalin, Ulama dan Legenda Silat dari Pulau Panggang Adu ilmu silat pun terjadi yang akan dimenangkan oleh pihak pengantin laki-laki. Mengalahkan lawan dari pihak perempuan inilah yang dianggap sebagai menjatuhkan penghalang, yang membuat namanya menjadi Palang Pintu. Setelah itu, pihak pengantin perempuan biasanya meminta pihak laki-laki untuk menunjukkan kebolehannya dalam membaca Al Quran. Ketika semua halangan dilalui, pihak pengantin perempuan akan mempersilakan rombongan mempelai laki-laki untuk masuk. Referensi Nariswari, Rita dkk. 2013. Atraksi Budaya Nusantara. Jakarta Pusat Data dan Analisa Tempo. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Sejak dahulu, Betawi mempunyai banyak jenis kesenian atau tradisi yang dapat diangkat ke masyarakat. Salah satunya adalah tradisi palang pintu. Palang pintu mempunyai arti sebagai tradisi untuk membuka penghalang yang diwakili seseorang atau lebih agar dapat masuk ke suatu daerah. Tradisi ini biasanya di pakai pada acara perkawinan atau acara umum menyambut tamu khusus pada acara tersebut. Saat ini, banyak di antara generasi muda yang melupakan kebudayaan Betawi. Oleh karena itu, perlu adanya peran anak muda yang bisa merawat dan melestarikan kebudayaan tersebut. Menurut penggiat seni sekaligus pimpinan Sanggar Kesenian Betawi Kembang Kelapa, Aditya Surya 19, palang pintu identik dengan budaya Betawi terutama acara perkawinan. Tak hanya itu, menurut dia, palang pintu dapat dipakai pada acara resmi seperti penyambutan tamu negara atau tamu khusus. Palang pintu berguna sebagai penggiring tamu dalam memasuki acara tersebut. Biasanya alat-alat yang dibawa dalam acara tersebut hanya kembang kelapa dan alat atraksi silatnya seperti golok serta membawa tim pemusik rebana kecimpring. Kostum yang digunakan juga tidak jauh berbeda seperti halnya pada acara perkawinan yaitu baju koko/sadariah dengan celana kolor panjang dan baju ujung serong pada beberapa orang palang pintu saja. Menguji Kemampuan Pendatang Untuk acara perkawinan, tradisi palang pintu berguna untuk menguji ilmu dari pengantin laki-laki untuk berani mempersunting mempelai perempuan. Pada dasarnya, jawara suatu daerah pasti akan menguji kemampuan kita sebagai pendatang setiap kita pergi ke kampung lain. “Jika nggak bisa kalahin jawara dia nggak boleh kawin, walaupun dia sama-sama suka” ujar Adit. Proses Palang Pintu Pada tradisi ini, terdapat beberapa orang yang melakukan proses tersebut. Terdiri atas dua jagoan dari pihak perempuan, satu jagoan dari pihak laki-laki, satu orang juru pantun dari masing-masing pihak, tiga pembaca shalawat dustur, satu pembaca sike, dan tim musik yang memainkan alat musik Rebana Kecimpring untuk mengiringi mempelai laki-laki. Syarat utama mempelai laki-laki mempersunting mempelai perempuan ada dua, yaitu bisa mengalahkan jawara dan pintar dalam mengaji. Laki-laki jika berada dirumah berkewajiban untuk pandai mengaji agar bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Sementara diluar, laki-laki haruslah pandai bersilat agar bisa melindungi keluarganya. “Tidak boleh asal mukul saja, makanya harus belajar ngaji sebelumnya” ungkap Adit. Dengan hal itu, kita dapat mengetahui kualitas pengantin laki-laki. Selain itu, terdapat tahapan-tahapan dalam menjalankan proses palang pintu, yaitu Shalawat dustur, beklai, dan lantun sike. Terdapat Unsur Silat Dalam tradisi palang pintu juga terdapat unsur bela diri, yaitu silat. Jenis yang dipakai adalah silat cingkrik dari wilayah Rawa Belong, daerah Sukabumi Utara dan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Sekilas terlihat seperti tarian, akan tetapi kecepatan tangan dan kaki membuat kita yakin seperti sungguhan. Silat Cingkrik sendiri merupakan murni bela diri, namun sekarang ini ia juga digunakan sebagai seni pertunjukan. Tim Sanggar Kelapa sedang memeragakan gerakan silat. Pelengkap dalam Setiap Penampilan Dalam setiap pertunjukannya, Adit bersama tim membawa kembang kelapa. Adit mengungkapkan alasan diambilnya pohon kelapa karena semua bagian pohon kelapa yang ada dapat digunakan mulai dari akar hingga buahnya. Sehingga dengan adanya kembang kelapa tersebut bertujuan agar ketika sudah menjadi kepala rumah rumah tangga yang sah dapat berguna dari segala hal baik keluarga maupun di masyarakat. Tidak lupa kita juga harus membawa roti buaya sebagai seserahan kepada mempelai perempuan yang menandakan mempelai laki-laki telah siap menikah dan akan setia selamanya seperti filosofi buaya yang tidak akan menikah lagi meskipun pasangannya mati. “Namanya buaya tuh seumur hidupnya nggak bakal ganti pasangan” ucap Adit. Tidak hanya itu roti buaya sebagai simbol keberanian dari mempelai laki-laki akan melibas semua tantangan yang ada sebagai kepala rumah tangga. “Buaya adalah hewan yang berani melawan arus sebagai simbol berani yang menerjang apapun yang ada di keluarganya” kata Adi. Alasan roti yang dibawa pada seserahan pada nikahan karena pada zaman dahulu bagi orang Betawi, roti adalah makanan yang paling mewah. Pada zaman itu hanya orang Belanda saja yang memakan roti dan orang Betawi hanya memakan jenis umbi-umbian seperti singkong, ubi, dan lain-lain. Seorang anak muda sedang menancapkan kembang kelapa. Penampilan saat Beraksi Penampilan saat beraksi harus sangat diperhatikan, terutama masalah pakaian. Kostum yang dikenakan para pemain palang pintu terdiri atas pakaian adat Betawi sehari-hari. Untuk laki laki adalah berupa baju Koko Sadariah. Baju Koko Betawi berwarna polos, sedangkan pada bagian bawah memakai celana panjang dengan corak batik yang dengan warna dasar putih, coklat atau hitam. Sebagai aksesoris /pelengkap memakai pelekat berupa sarung yang ditaruh di pundak dan peci hitam. Lebih Peduli dengan Kebudayaan Daerah Sebagai generasi muda, seharusnya kita dapat menjaga dan melestarikan budaya dari masing-masing daerah termasuk budaya Betawi. Adit berpesan agar generasi muda lebih peduli dengan kebudayaan daerah dan dapat melestarikannya melalui tindakan nyata. “ Dari Ciawi ke Cabang Bugin, Ke Cipete lewat Semanggi… Ini Budaya Betawi kudu dikembangin, kalau bukan kita siapa lagi?” tutup Adit dengan pantun. Penulis Theodorus Budiarjo Lahama/Muda Berkata Editor Kompas Corner/Nico Wiranito Foto Theodorus Budiarjo Lahama
- Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustsus 1945, Belanda datang kembali ke Indonesia. Kedatangan Belanda dalam wacana rekolonialisasi ini tentunya ditentang oleh para rakyat Indonesia yang kemudian melakukan perlawanan. Semangat mempertahankan kemerdekaan berkobar di setiap jiwa masyarakat Indonesia sehingga terjadilah banyak pertempuran yang memakan dana besar sepanjang tahun antara peperangan besar pada masa tersebut adalah masa-masa Agresi Militer Belanda yang pertama dan kedua. Baca juga Rangkuman Agresi Militer Belanda I dan II Mengingat Indonesia kala itu baru merdeka, lantas dari mana pejuang Indonesia mendapatkan dana selama peperangan tersebut? Selain mengandalkan kebijakan ekonomi perang, berbagai cara ditempuh mulai dari donasi dari konglomerat, pertunjukan amal, ataupun ditempuh dengan cara juga Ekonomi Perang Pengertian, Tujuan, Ciri-ciri, dan Contohnya Donasi Konglomerat Berbagai badan usaha kala itu banyak yang membuka donasi seperti yang dilakukan Pers Kedaulatan Rakyat yang berpusat di Yogyakarta. Selain memajang iklan donasi di medianya, Pikiran Rakyat juga aktif menyalurkan uang masuk dari donatur untuk kebutuhan dana perang indonesia. Hasil dari donasi ini kemudian disalurkan kepada pemerintah Indonesia, badan perjuangan, ataupun kepada palang merah. Media-media kala itu juga aktif menyebarkan donasi secara internasional untuk kebutuhan perang Indonesia. Baca juga Fungsi Pers pada Zaman Pergerakan Nasional
Di Indonesia, suku bangsa yang ada terbagi sesuai daerahnya. Jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai ratusan, di antaranya dan yang paling banyak dikenal yaitu suku Betawi. Tradisi budaya dari etnis Betawi sangatlah beragam, baik dalam tradisi upacara pernikahan masyarakatnya, makanan, pakaian, seni tari, musik dan lain sebagainya. Salah satunya adalah palang pintu. Palang Pintu adalah bagian dari warisan budaya etnis Betawi yang dilestarikan dan hingga saat ini masih diterapkan oleh etnis Betawi dalam prosesi pernikahan. Tradisi unik ini berisi laga pencak silat, adu pantun, hingga pembacaan Al-Qur’an dan shalawat. Bagaimana sejarah dan makna dari tradisi yang sudah dilakukan sejak dahulu kala hingga sekarang ini? Yuk, simak selengkapnya berikut ini. Artikel terkait Bebaskan dari Marabahaya dan Kesialan, Begini Asal Usul Tradisi Ruwatan Sejarah dan Asal Usul Melansir dari laman Tirto, Palang Pintu merupakan tradisi untuk membuka mahligai pintu pernikahan dan ketaatan atas norma adat yang berlaku di masyarakat setempat. Hingga sekarang, tidak ada catatan yang menyebutkan kapan Palang Pintu bermula di Betawi. Namun, tradisi ini sudah diselenggarakan tokoh Betawi Si Pitung 1874-1903 ketika akan memperistri Aisyah yang merupakan putri pesohor Betawi, Murtadho. Saat itu, Murtadho dikenal sebagai Jawara Kemayoran. Untuk bisa mempersunting anak perempuannya, Si Pitung harus membuka Palang Pintu, melawan ayah calon Istrinya yaitu Murtadho dengan keterampilan silat dan beradu pantun. Konon ceritanya, Si Pitung berhasil menundukkan Murtadho dalam tradisi Palang Pintu dan menikahi Aisyah, sebagaimana dikutip dari buku Prosesi Adat Perkawinan Betawi Buke Palang Pintu 2013 yang ditulis Bachtiar. Dalam bahasa Betawi, palang artinya penghalang agar orang atau sesuatu tidak bisa masuk/lewat. Artinya, tradisi Palang Pintu dimaksudkan agar pihak mempelai laki-laki membuka pintu restu dari mempelai perempuan. Kemudian, pintu rumah pihak perempuan dijaga oleh jawara sebagai penghalang. Jawara dari mempelai perempuan itu harus ditaklukkan oleh pihak laki-laki atau perwakilan jawaranya. Tata Cara Prosesi Palang Pintu Mengutip dari Validnews, prosesi buka palang pintu adalah hal yang harus dijalani oleh pengantin laki-laki sebelum memasuki lingkungan tempat tinggal pengantin perempuan. Dalam pelaksanaannya, prosesi ini berlangsung di gang-gang, atau jalanan tak jauh dari rumah pengantin perempuan. Pihak pengantin laki-laki akan dihadang oleh pihak pengantin perempuan. Di sini pihak pengantin perempuan menjadi “palang pintu” yang jika ingin dilewati, harus dengan keterampilan dan kedalaman ilmu dari pihak pengantin laki-laki. Pihak perempuan akan menantang pihak laki-laki untuk menguji keterampilan bela diri, silat kata atau berpantun, dan kemampuan membaca Al-Qur’an. Masing-masing pihak pengantin biasanya sudah menyiapkan, setidaknya satu orang jago atau orang yang pandai bela diri, dan orang yang mahir berpantun. Jago dari pihak laki-laki akan ditantang untuk unjuk kebolehan. Begitu juga, niat kuat dari pengantin laki-laki akan ditantang lewat permainan kata-kata dalam sesi berbalas pantun. Artikel terkait Sekura, Tradisi Idul Fitri Asal Lampung yang Pererat Persaudaraan Sebagai sebuah prosesi adat, tentunya jago pihak pengantin laki-laki akan dibiarkan menang dalam adu silat. Biasanya, setelah dua atau tiga jurus, pihak perempuan akan mengatakan cukup’. Dalam adu pantun juga begitu, pihak laki-laki akan dimenangkan, sehingga jalannya terbuka menuju rumah pengantin wanita. Namun sebelum itu, masih ada satu pengujian lagi, yaitu kebolehan membaca Al-Qur’an. Pengantin laki-laki akan membaca Al-Qur’an serta melantunkan salawat. Jika sesi ini sudah dilewati, barulah palang pintu terbuka. Makna Tradisi Palang Pintu Seluruh dari rangkaian pada buka palang pintu tersebut tentu bukan sekadar hanya sebuah prosesi tanpa makna. Ada filosofi yang mendasari hadirnya prosesi tersebut dalam setiap pernikahan adat Betawi, yang mana itu terkait dengan pandangan dan landasan hidup orang Betawi itu sendiri. Pertama, adu silat dimaksudkan agar pihak laki-laki, yang dalam adat Betawi berfungsi sebagai kepala keluarga, harus memiliki kemampuan menjaga dan melindungi keluarganya dari marabahaya. Kedua, keterampilan berpantun bermakna bahwa laki-laki harus dapat menghibur keluarganya agar ceria dan bahagia. Selain itu, adu pantun juga sebagai lambang diplomasi dari pihak laki-laki untuk mencapai kata mufakat dengan keluarga perempuan. Ketiga, pembacaan Al-Quran dan shalawat bermakna bahwa pihak laki-laki harus bisa menjadi imam yang baik bagi keluarganya, paham agama, dan menuntun anak-istrinya dalam kebaikan. Artikel terkait 9 Tradisi pernikahan aneh di berbagai belahan dunia yang masih dipraktekkan Barang-barang Pelengkap saat Prosesi Prosesi ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai barang bawaan dari pihak pengantin laki-laki, seperti kue-kue, perlengkapan pakaian, dan kembang kelapa. Ada juga ondel-ondel hingga kembang kelapa yang mengiringi rombongan pengantin tersebut. Semua itu adalah medium yang digunakan oleh masyarakat Betawi untuk memaknai kehidupan. Misalnya roti buaya melambangkan kesetiaan, ondel-ondel sebagai penolak bala, lalu kembang kelapa yang melambangkan keharusan setiap orang hidup serba berguna, layaknya pohon kelapa yang akar hingga buahnya dapat bermanfaat bagi manusia. Nah, demikian penjelasan mengenai sejarah, makna hingga filosofi tradisi Palang Pintu. Semoga bisa menambah wawasan dan bermanfaat. Sejarah dan tradisi mana lagi yang ingin Parents ketahui? Baca juga Mengenal Dandangan Kudus, Tradisi Kuno Menyambut Ramadan 4 Tahap Prosesi Malam Bainai, Tradisi Jelang Pernikahan dari Adat Minang Metatah, Tradisi Jelang Dewasa Masyarakat Bali dengan Potong Gigi Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
orang yang melakukan pertunjukan palang pintu adalah